Gambaran epidemiologi Hepatitis A berdasarkan penyelidikan epidemiologi yang dilakukan di Propinsi DIY adalah 89. % diderita oleh kelompok usia produktif (16 - 45 tahun), dan dijumpai sebagian besar adalah mahasiswa (45%), bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dengan faktor risiko kebiasaan makan di luar rumah sebesar 50% (Anonim, 2008).
Pada akhir bulan Juni 2008, Dinas Kesehatan Provinsi mendapatkan laporan pertama tentang adanya peningkatan kasus hepatitis A dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Sampai dengan tanggal 19 Agustus 2008 telah tercatat sebanyak 683 kasus hepatitis A confirmed (dengan pemeriksaan laboratorium) yang dirawat oleh rumah sakit/puskesmas . Jumlah tersebut menyebar di semua kabupaten/kota di DIY dengan persentase kasus terbesar bertempat tinggal di wilayah kabupaten Sleman (65.5%) dan Kota (26%). Sampai dengan tanggal 19 Agustus 2008 tidak didapatkan laporan kematian akibat Hepatitis A.
Penyakit Hepatitis A yang mewabah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ternyata mulai menjalar ke wilayah kampus. Tercatat sekira 129 warga Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi korban penyakit ini yang meliputi tujuh orang tenaga kependidikan dan 122 mahasiswa UGM, dengan 97 orang yang telah menjalani rawat inap dan 32 lainnya rawat jalan di Gadjah Mada Centre (GMC). Sebanyak 45 persen penderita adalah mahasiswa dengan faktor risiko kebiasaan makan di luar rumah (Anonim, 2008).
Pada kebanyakan kasus, masalah yang langsung dihadapi petugas kesehatan adalah bagaimana menangani yang sakit. Ketergantungan terhadap pengobatan, meskipun berhasil , memiliki keterbatasan sendiri. Pengobatan seseorang yang terkena infeksi tidak akan menghilangkan penyebab penyakit dari lingkungan atau menghapuskan kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan foodborne illness.Oleh karena itu, hal ini tidak mencegah orang lain untuk menderita sakit dengan cara yang sama. Selain itu, infeksi juga tidak memberikan perlindungan yang dipelukan dan menurunkan resiko kematian pasien akibat mengalami infeksi lebih lanjut segera setelah pemulihan (Adams dkk, 2003).Dengan demikian, untuk menurunkan prevalensi suatu infeksi lebih ditekankan pada upaya preventif unutuk menurunkan keseluruhan insiden penyakit.
B. HEPATITIS
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).
Menurut Guyton (1997) hati merupakan organ yang mempunyai fungsi dasar sebagai berikut:
1. Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah
2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian sistem metabolisme tubuh
3. Fungsi sekresi dan ekresi yang berkaitan berperan dalam pembentukan empedu
Infeksi dengan virus yang berbeda menurut situs (www.infoinfeksi.com memberikan tiap jenis hepatitis perbedaan ciri-ciri antara lain ;
1. Hepatitis A
Infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular.
2. Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
3. Hepatitis C
Merupakan penyakit hati kronis. Penyakit Hepatitis C ini diakibatkan oleh virus Hepatitis C. Saat ini terdapat sekitar 180 juta orang penderita di dunia. Penyebaran penyakit Hepatitis C ini terjadi melalui cairan tubuh khususnya darah baik melalui transfusi ataupun pemakaian obat bius dengan suntikan.
Dalam perkembangan penyakit Hepatitis C, hati penderita akan mengalami sirosis (pengerasan hati) yang kemudian akan berlanjut menjadi kanker hati (hepatoselulerkarsinoma). Penyakit Hepatitis C tahap lanjut, resiko terjadinya kematian sangat besar.Tidak ada vaksin untuk Hepatitis C. Cara untuk mencegah adalah dengan mengurangi resiko paparan dengan virus Hepatitis C yaitu dengan mencegah perilaku berbagi jarum atau alat-alat pribadi seperti sikat gigi, alat cukur dan gunting kuku dengan orang yang terinfeksi Hepatitis C.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini bermacam bentuknya. Virus ini sangat mudah menular dari air dan makanan yang tidak bersih akibat kebiasaan sebuah masyarakat terhadap kebersihan tidak cukup baik. Penularan yang paling sering adalah melalui air yang mengandung feses penderita hepatitis yang menderita hepatitis A. Feses dari seorang penderita hepatitis A akan mengandung virus HA yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit hepatitis A. Penyebaran virus HA tergolong cepat (Shulman,1994).
Hepatitis A merupakan penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A yang berpotensi besar menimbulkan kejadian luar biasa oleh karena cara penularannya yang cukup mudah. Gejala hepatitis antara lain mual dan atau muntah, nafsu makan menurun, perut terasa tidak nyaman, demam, warna kulit dan bagian putih mata menjadi berwarna kuning (ikterik), warna air seni seperti air teh, badan lemas dan mudah lelah.
Hepatitis A jarang sekali menimbulkan kematian, kecuali pada mereka yang sebelumnya telah mengalami gangguan hati seperti sirosis atau infeksi hepatitis kronis tipe lain (B/C). Segera kunjungi dokter atau fasilitas kesehatan jika Anda mengalami gejala-gejala mirip Hepatitis.
Penularan infeksi virus ini dapat terjadi melalui peralatan makan-minum yang terkontaminasi virus, makanan dan minuman yang terkontaminasi virus hepatitis dari tinja seorang penderita hepatitis yang tidak mencuci tangan dengan sabun ketika menyiapkan makanan dan minuman, serta air yang terkontaminasi tinja yang mengandung virus hepatitis A, dan bisa melalui hubungan sex oral dan anal yang mengandung virus Hepatitis A.
C. KONSELING
Menurut Blum (1974) perilaku lebih besar perananya dalam menentukan pemanfaatan sarana kesehatan. Pengalaman menunjukan bahwa penyediaan dan penambahan sarana kesehatan tidak selalu dikuti oleh peningkatan pemakaian sarana tersebut. Oleh sebab itu jika kita menginginkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat kita harus bersedia dan mampu untuk mengubah perilaku masyarakat. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu sarana untuk merubah perilaku masyarakat dalam peningkata kesehatan. Pendidikan kesehatan di masyarakat meliputi kegiatan peningkatan kesadaran dan kesehatan (health promotion), mencegah penyakit, penyembuhan dan rehabilisasi (Sarwono, 1997).
Secara umum upaya mengubah perilaku dapat digolongkan menjdadi 3 macam (Notoatmodjo & Sarwono,1986) antara lain
1. menggunakan kekuasaan/kekuatan
2. memberikan informasi
3. diskusi dan partisipasi
Metode yang digunakan merupakan teori perubahan perilaku “health belief models”. Model perubahan perilaku yang digunakan dikemukanan oleh Rosenstock (1982) yang menyatakan bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa memperdulikan apakah kepercayaan itu sesuai atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Model kepercayaan ini mencakup lima unsur utama, yaitu
1. Perceived susceptibility merupakan persepsi individu tentang kemungkinan terkena suatu penyakit
2. Perceived seriousness yaitu pandangan individu mengenahi beratnya penyakit tersebut
3. Perceived threats
Makin berat resiko suatu penyakit, makin besar individu terserang penyakit sehingga makin mengancang individu tersebut. Ancaman ini mendorong individu melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap suatu penyakit. Namun ancaman yang terlalu besar akan menimbulakan rasa takut dalam diri individu yang akan menghambat untuk melakukan tindakan untuk melawan ancaman tersebut. Guna mengurangi rasa takut tersebut, ditawarkan suatu solusi dari petugas kesehatan. Apakah individu akan menyetui alternatif yang dianjurkan tergantungan pada pandangannya tentang manfaat dan hambatan dalam melakukan alternatif tersebut. Individu akan mempertimbangankan, apakah alternatif itu memang dapat mengurangi ancaman atau ada konsekuensi terhadap tindakan tersebut (biaya mahal, rasa malu, takut akan sakit, dsb)
2. faktor pencetus (cues to action)
Faktor yang ada dalam individu(muncul gejala-gejala penyakit tersebut) ataupun dari luar (nasehat orang lain, kampanye kesehatan, terserang teman atau anggota keluarga oleh penyakit yang sama).
D. TEORI PERUBAHAN PERILAKU
1. MODEL PENGURANGAN RASA TAKUT
Menurut Khorchin ( 1964 ) bahwa emosi seseorang besar pengaruhnya terhadap penerimaan dan pengolahan informasi yang diterimanya. Makin kuat emosi seseorang, makin berkuranglah kemampuan rasionalnya dalam mengolah suatu informasi. Individu yang dalam keadaan emoional ( ketakutan, marah, sedih, dan sebagainya) biasanya tidak dapat mendengarkan dengan baik-baik apa-apa yang dijelaskan kepadanya. Akan tetapi tidak selamanya menimbulkan reasi penolakan atas tindakan yang dianjurkan. Sedangkan menurut Janis ( 1967) menmbuktikan bahwa jika melampaui batas ambang tertentu rasa takut itu justru akan menimbulkan reaksi penolakan.
2. TEORI ADOPSI INNOVASI ROGERS
Ahli ilmu sosial Rogers menamakan ya teorinya sebagai innovation decision process yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh seseorang individu sejak menerima informasi atau pengetahuan tentan suatu hal yang baru sampaipada saat dia menerima atau menolak ide baru itu. Shomacker (1971) menyatakan bahwa proses adopsi innovasi melalui 5 tahap yaitu :
1. mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness)
2. menaruh perhatian terhadap ide itu (interest)
3. memberikan penilaian ( evaliation)
4. mencoba memakai (trial)
5. Adoption ( menyetujui jika menyukai )
3. TEORI PERTENTANGAN KEKUATAN ( LEWIN)
Seorang ahli psikososial, kurt Lewin membuat teori yang dinamakan Force field analysis. Dalam individu selalu terdapat kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan suatau tindakan dinamakan driving force, seangkan kekuatan yang menghambat suatu tindakan dinamakan restraining forces.
4. MODEL PERUBAHAN PERILAKU DARI GREEN
Menurut lawrence Green bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor non-perilaku. Faktor perilaku ditentukan oleh tiga hal faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Sedangkan faktor non-perilaku contohnya pendidikan kesehatan dan kesejahteraan.
5. METODE KEPERCAYAAN KESEHATAN
Model perubahan perilaku atau disebut “health belief models”. yang digunakan dikemukanan oleh Rosenstock (1982) yang menyatakan bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa memperdulikan apakah kepercayaan itu sesuai atau tidak dengan realitas atau pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Model kepercayaan ini mencakup lima unsur utama, yaitu
1. Perceived susceptibility merupakan persepsi individu tentang kemungkinan terkena suatu penyakit
2. Perceived seriousness yaitu pandangan individu mengenahi beratnya penyakit tersebut
3. Perceived threats
Makin berat resiko suatu penyakit, makin besar individu terserang penyakit sehingga makin mengancang individu tersebut. Ancaman ini mendorong individu melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap suatu penyakit. Namun ancaman yang terlalu besar akan menimbulakan rasa takut dalam diri individu yang akan menghambat untuk melakukan tindakan untuk melawan ancaman tersebut. Guna mengurangi rasa takut tersebut, ditawarkan suatu solusi dari petugas kesehatan. Apakah individu akan menyetui alternatif yang dianjurkan tergantunga pada pandangannya tentang manfaat dan hambatan dalam melakukan alternatif tersebut. Individu akan mempertimbangankan, apakah alternatif itu memang dapat mengurangi ancaman atau ada konsekuensi terhadap tindakan tersebut (biaya mahal, rasa malu, takut akan sakit, dsb)
3. faktor pencetus (cues to action)
Faktor yang ada dalam individu(muncul gejala-gejala penyakit tersebut) ataupun dari luar (nasehat orang lain, kampanye kesehatan, terserang teman atau anggota keluarga oleh penyakit yang sama).
Hepatitis A yang dikenal pula dengan penyakit kuning, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis A (VHA). Hepatitis tipe ini banyak berhubungan dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan yang masih rendah. Hepatitis A biasanya menyerang anak-anak dan remaja, meski orang dewasa juga tak luput dari incaran. Virus hepatitis A dapat menular melalui berbagai cara seperti kontak orang ke orang atau melalui konsumsi makanan dan minuman yag telah terkontaminasi. Orang yang telah terinfeksi virus hepatitis A dapat menjadi sumber penularan virus yang mengontaminasi makanan sehingga orang-orang ini tidak diperbolehkan menangani makanan meskipun mereka tidak terlihat sakit. Oleh karena itulah, orang-orang yang bekerja menangani makanan, seperti di restoran atau pabrik makanan, harus diberi vaksinasi hepatitis A .
(Toto Sudargo Ilmu Kesehatan Masyarakat FK-UGM)
Adverise
0 comments:
Post a Comment