Bagi ibu ibu yang sedang hamil selalu berharap dan berdo'a agar kandunganya selalu baik, dan janin yang dikandung selalu sehat. Namun ada beberapa ibu yang khawatir dengan kesehatan janinnya, apalai kasus kematian bayi dalam kandungan tidak sedikit. Banyak pertanyaan sebenarnya pa penyebab kematian bayi dalam kandungan serta apa tanda tanda bayi yang meninggal dalam kandungan. Berikut ini penjelasan lengkap tentang Penyebab dan tanda tanda bayi atau janin yang meninggal dalam kandungan. Kematian bayi dalam kandungan atau disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yaitu kematian janin dalam kandungan yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua. Apabila terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus.
Penyebab
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
2. Preeklampsia dan eklampsia
3. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta
Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.
4. Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
5. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin
Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan ibu bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodi.
6. Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan, apalagi hanya pada satu arah saja, bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai apabila ada gejala yang tidak biasa pada saat hamil.
7. Gawat janin
Bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya. Kondisi ini bisa mengakibatkan janin “tercekik” karena suplai oksigen dari ibu ke janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG). Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata.
8. Kehamilan lewat waktu (postterm)
Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
9. Infeksi saat hamil
Saat hamil ibu sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai infeksi bakteri atau virus. Demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya.
10. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Akan tetapi, jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
Tanda-tanda
1. Tidak ada gerakan janin.
Pada ibu hamil yang sudah merasakan gerakan bayi (biasanya pada kehamilan lebih dari 5 bulan) perlu diwaspadai jika dalam sehari tidak merasakan gerakan bayi. Gerakan bayi yang normal minimal 10 kali dalam sehari.
2. Waspadai tanda-tanda “kritis” pada bayi.
Sebelum bayi tidak bergerak sama sekali, biasanya didahului tanda-tanda “kritis”. Timbul gerakan yang sangat hebat atau sebaliknya, gerakannya semakin pelan atau lemah.
3. Bila kehamilan tak kunjung membesar.
Ibu harus curiga bila pertumbuhan kehamilan tidak sesuai bulannya.
Apabila terjadi hal-hal tersebut di atas, sebaiknya segera periksa ke dokter walaupun belum waktunya pemeriksaan ulang. Sehingga sebelum terjadi kematian dokter bisa melakukan tindakan pencegahan.
Bila sudah diketahui penyebabnya, maka dokter tentu juga akan mengatasi penyebab. Misalkan apabila ada infeksi pada ibu, maka akan diobati infeksinya. Kalau ibunya diabetes, maka diobati diabetesnya.
Dengan bantuan optimal, maka gawat janin bisa membaik kembali. Karena untuk janin dengan tanda-tanda gawat janin tak selamanya harus dikeluarkan. Karena dikeluarkan pun harus melihat usia kehamilan. Kalau usianya masih muda, tidak mungkin ia dilahirkan segera. Pada usia kehamilan muda paru-paru belum terbentuk sempurna. Sehingga di luar pun tak mungkin bisa bernafas. Jadi, yang dilakukan dokter adalah mempertahankan dengan mengatasi penyebabnya tersebut.
Jika tak tertolong lagi, maka janin yang sudah meninggal harus segera dilahirkan. Proses kelahiran dilakukan secara normal agar tidak terlalu merugikan ibu. Operasi hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal. Misalnya, bayinya mati dalam posisi melintang, ibu mengalami preeklampsia, plasenta previa dan sebagainya, maka operasi cesar terpaksa dilakukan.
Pengaruh Pada Ibu
Janin yang meninggal sebaiknya jangan dibiarkan di dalam rahim lebih dari 2 minggu, sebab jika terlalu lama akan memengaruhi faktor-faktor pembekuan darah ibu. Zat pembekuan darah atau fibrinogen bisa turun dan menyebabkan darah sulit membeku. Bila ini terjadi, akan berakibat fatal kala ibu melahirkan. Jika fibrinogen rendah, maka perdarahan yang terjadi pada proses persalinan akan sulit berhenti dan hal ini berakibat fatal bagi si ibu. Untuk mencegahnya, sebelum dilakukan tindakan persalinan, bila telah diketahui janin sudah meninggal, maka dokter akan mengecek fibrinogennya. Kalau fibrinogennya turun, maka harus diberi obat fibrinogen. Namun kasus janin meninggal dalam kandungan lebih dari 2 minggu sangat jarang terjadi. Biasanya tubuh ibu akan terjadi reaksi penolakan dan timbul proses persalinan. Akan tetapi ada ibu yang tidak menyadari kalau janinnya sudah meninggal. Bahkan sampai janinnya membatu atau mengeras. Hal ini terjadi karena kurang pekanya si ibu, terlebih lagi karena tak ada reaksi penolakan pada tubuhnya. Biasanya terjadi pada ibu yang tidak menyadari kalau ia hamil, begitu menyadari janinnya sudah meninggal dalam kandungan atau bahkan telah membatu. Mengeluarkan janin yang telah membatu lebih berisiko, bisa terjadi komplikasi, misalnya ada perobekan di dinding rahim dan jalan lahir.
0 comments:
Post a Comment