Cukup Kematian Menjadi Nasehat - Dalil atau ayat tentang Kematian

Advertise


Setiap orang di dunia ini pasti akan mengalami mati. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkanya, sudakah bekal kita cukup untuk hidup setelah mati. Kematian adalah gerbang untuk kehidupan selanjutnya yang lebih kekal dan abadi. Detik demi detik pasti berlalu dan tidak mungkin terulang lagi dan akan semeakin mndekatkan kita kepada kematian, setelah mati kita akan berada di alam kubur bila dialam kubur kita bisa selamat maka perjalanan selanjutnya kan lebih mudah menuju alam akherat, tapi sebaliknya bila di alam kubur malah disiksa maka itu pertanda perjalaan selanjutnya akan lebih berat. Kehidupan dialam kubur sampai kiamat, setelah ituada lama kiamat dimana semua manusia dibangkitkan dan akan mempertanggung jawabkan sema amalanya ketika di dunia atau elbih dikenal dengan hari pembalasan. Setelah hisapan si alam kiamat ada surga ada neraka, disinilah yang dinamakan alam akhirat yang kekal dan abadi dan tidak ada kematian lagi. Untuk itu dengan kita banyak mengingat kematian maka kita akan semakain bertakawa dan memperbanyak amal sholih untuk bekal hidup setelah mati, maka ketika kita melihat atau mendengar teman, saudara yang tiba tiba meninggal, Maka cukupKematian itu menjadi asehat dan pelajaran  bagi kita, ternyata hidup hanya sesaat, mati datangnya sewaktu waktu, semua yang kita punyai didunia akan kita tinggalkan. Berikut dalil atau ayat tntang ematian, semoga bermanfaat dan menjadi nasehat agar kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh.
Ulama Salaf berkata,
كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا
“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.” [Lihat Shifah ash-Shafwah vol. I, hal. 639; al-`Āqibah fī Dzikri'l Maut, hal. 43; dan al-Ihyā', vol. IV, hal. 450. Adapun hadits Nabi s.a.w. dengan lafal dimaksud, maka tidak valid.]
Ka`b berkata, “Barangsiapa mengenal kematian, niscaya menjadi remehlah segala musibah dan kegundahan dunia.” [Al-Ihyā', vol. IV, hal. 451.]
  Rabī` Ibn Abī Rāsyid berkata,
لَوْ فَارَقَ ذِكْرَ الْمَوْتِ قَلْبِيْ سَاعَةً لَخَشِيْتُ أَنْ يَفْسدَ عَلَيَّ قَلْبِيْ
“Sekiranya kalbuku terpisah sesaat saja dari mengingat kematian, maka aku benar-benar khawatir kalbuku menjadi rusak.” [Lihat Shifah ash-Shafwah, vol. III, hal. 109; dan az-Zuhd, Ibnu'l Mubārak, hal. 90. Dalam al-Ihyā', vol. IV, hal. 451, ucapan tersebut dinisbatkan kepada ar-Rabī` Ibn Khutsaim, namun yang tepat adalah sebagaimana telah disebutkan. Allāhu a`lam.]
Seorang wanita pernah mendatangi `Āisyah untuk mengeluhkan tentang kekerasan kalbu. `Āisyah berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, niscaya kalbu itu akan menjadi lembut (baik).”
Dikisahkan bahwa ar-Rabī` Ibn Khutsaim menggali kuburan di tempat tinggalnya dan tidur di dalamnya beberapa kali dalam sehari, agar selalu mengingat kematian. 

Nabi—shallā’Llāhu `alaihi wa sallam—pernah ditanya, “Siapakah yang paling cerdik dari kalangan kaum mukminin?” Beliau menjawab,
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولئِكَ الْأَكْيَاسُ
Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk setelah kematian. Mereka itulah orang-orang yang cerdik.” [Shahīh at-Targhīb wa't Tarhīb III/164/3335.]
 “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah—shallā’Llāhu `alaihi wa sallam—bersabda,
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ
Sungguh, kubur merupakan tempat pertama dari akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka yang berikutnya akan lebih mudah. Namun, jika ia tidak selamat, maka yang berikutnya akan lebih keras lagi.”

Adverise

0 comments:

 
Mas Mintos News © 2010 | Designed by Chica Blogger & editted by Blog Berita | Back to top